Gangguan ereksi bisa dipicu oleh banyak hal,salah satunya hipertensi atau tekanan darah tinggi yang tidak tertangani. Namunsaat hipertensi diobati, gangguan ereksi juga sering muncul sebagai efeksamping dari beberapa jenis obat.
Ahli kardiologi dari Pusat Jantung HarapanKita, dr Santoso Karo Karo, SpJP(K), MPH, FIHA, FAsSC membenarkan bahwahipertensi merupakan salah satu faktor risiko gangguan ereksi. Faktor risikolainnya adalah usia, kencing manis atau diabetes, serta kebiasaan merokok.
"Berbagai faktor risiko tersebut kalausudah kronis bisa memicu yang namanya disfungsi endotel, atau kerusakan padalapisan pembuluh darah yang paling dalam," kata dr Santoso saat berbicaradalam Pfizer Journalist Class di fX Plaza.
Disfungsi endotel bisa terjadi pada pembuluhdarah yang ada di semua bagian, termasuk di kemaluan laki-laki. Jika pembuluhdarah di bagian itu mengalami disfungsi endotel, maka dindingnya akan sulitmengalami relaksasi ketika menerima rangsang seksual.
Padahal untuk bisa ereksi, pembuluh darah dibagian penis harus mengalami relaksasi agar aliran darahnya bisa meningkat.Ketika penis sudah mengembang karena aliran darahnya sudah meningkat, maka akanada katup yang menahan agar darahnya tidak segera mengalir ke bagian lain.
"Nah kalau dia tidak bisa bisa relaksasi,ya memble lah barang itu. Penyebabnya ya itu tadi. Usia, diabetes, hipertensidan juga rokok yang kondisinya sudah kronis," kata dr Santoso.
Agar tidak sampai menyebabkan disfungsiendotel, dr Santoso mengatakan bahwa hipertensi harus diobati dengan benar.Kerusakan pada pembuluh darah maupun organ lain seperti ginjal sering dipicuoleh hipertensi yang dibiarkan berlarut-larut tanpa pengobatan.
Meski demikian, dr Santoso mengakui bahwabeberapa jenis obat hipertensi juga bisa memicu gangguan ereksi. Efek ini tidakmuncul pada semua orang, sehingga kasusnya relatif jarang meski sesekali tetapbisa ditemui.
"Dokter yang baik sering tanya, 'Mas,ayamnya bagaimana, berkokoknya keras apa kurang?' Tapi kalau pasien menerimaitu, take it for granted, ya sudah yang penting obatnya cocok. Baru kalauistrinya komplain suaminya kurang 'nendang', maka dokter perlu memilkirkanalternatif obat pengganti," kata dr Santoso.
sumber : detik health